Jumat, 18 Maret 2011

Aksi Terorisme di Indonesia


Terorisme di Indonesia merupakan terorisme di Indonesia yang dilakukan oleh kelompok militan Jemaah Islamiyah yang berhubungan dengan al-Qaeda ataupun kelompok militan yang menggunakan ideologi serupa dengan mereka. Sejak tahun 2002, beberapa "target negara Barat" telah diserang. Korban yang jatuh adalah turis Barat dan juga penduduk Indonesia. Terorisme di Indonesia dimulai tahun 2000 dengan terjadinya Bom Bursa Efek Jakarta, diikuti dengan empat serangan besar lainnya, dan yang paling mematikan adalah Bom Bali 2002.

Praktik teror sebenarnya termasuk salah satu ekspresi watak dasar manusia yang ingin berkuasa, the will to power. Manusia bisa menjadi serigala bagi yang lain, homo homini lupus.Namun, praktik kekerasan yang bersifat kultural maupun struktural yang berlangsung dari waktu ke waktu di Indonesia, dianggap telah menjadi lahan subur bagi kehadiran gerakan terorisme. Gelombang kekerasan begitu runyam, bellum omnium contra omnes, perang oleh semua melawan semua. Sungguh konyol, pelaku dan korban kekerasan justru sesama warga bangsa sendiri.

Terorisme tidak sama dengan intimidasi atau sabotase. Sasaran intimidasi dan sabotase umumnya langsung, sedangkan terorisme tidak.
Korban tindakan terorisme sering orang tidak bersalah. Kaum teroris hanya ingin menciptakan sensasi agar masyarakat luas memperhatikan perjuangan mereka.
Tindakan teror tidaklah sama dengan vandalisme, yang motifnya merusak benda-benda fisik. Teror berbeda pula dengan mafia. Tindakan mafia menekankan omerta, tutup mulut, sebagai sumpah. Omerta merupakan bentuk ekstrem loyalitas dan solidaritas kelompok dalam menghadapi pihak lain, terutama penguasa.
Berbeda dengan Yakuza atau mafia Cosa Nostra yang menekankan kode omerta, kaum teroris modern justru suka mengeluarkan pernyataan dan tuntutan. Mereka ingin menarik perhatian masyarakat luas dan memanfaatkan media massa untuk menyuarakan pesan perjuangannya.
Namun, belakangan, kaum teroris tidak suka mengklaim tindakannya. Kaum teroris tutup mulut mungkin karena juga melakukan praktik mafia dalam upaya mengumpulkan dana bagi kegiatannya. Kaum teroris semakin membutuhkan dana besar dalam kegiatan globalnya.

Secara kualitatif, terorisme sudah banyak berubah dibandingkan dengan di masa lalu, terutama karena kemajuan teknologi. Pembajakan pesawat yang menjadi salah satu aktivitas teroris yang paling dramatis, banyak sekali terjadi abad ke-20, lebih-lebih tahun 1960-an dan 1970-an.Sedangkan pelaku teror atau terorisme, menurut analisis Anthony Storr, umumnya penderita psikopat agresif. Gangguan psikologis yang parah membuat pelaku aksi teror menjadi manusia yang kehilangan nurani, bersikap kejam, agresif, sadistis, dan tanpa ampun. Seluruh perasaan takut seolah dibunuh habis, termasuk perasaan takut terhadap kematian atas dirinya sendiri, apalagi kematian orang lain.

sumber: http://www.indonesiaindonesia.com/f/83448-indonesia-peta-terorisme-global/

0 komentar:

Posting Komentar