Serangan jutaan ulat bulu terjadi di beberapa kecamatan di kabupaten probolinggo dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Dalam proses sirkulasi kehidupan ulat saat masih menjadi telur, musuh alami ulat itu selalu memberikan parasit pada telur. Sehingga dari ribuan telur, hanya beberapa telur saja yang lolos dari parasit dan bisa menjadi ulat. Namun, hujan yang terus menerus terjadi membuat proses kehidupan musuh alami tersebut terganggu sehingga tidak mampu memberikan parasit pada telur ulat, akibatnya populasi ulat tidak bisa terkontrol dan berjumlah banyak sekali.
Perubahan iklim terutama temperature lingkungan ikut mempengaruhi populasi ulat bulu. Karena temperature yang meningkat juga dapat mempercepat siklus hidup ulat tersebut. Meningkatnya populasi ulat bulu disebabkan pula oleh semakin berkurangnya musuh alami, seperti burung, parasitoid, dan predator lain.
Ulat bulu tersebut lebih memilih menyerang pohon mangga manalagi dibanding varietas mangga lain. Pemilihan inang itu dilakukan ulat bulu dewasa saat peletakan telur. Ulat bulu bukan termasuk kupu-kupu melainkan sebangsa ngengat. Diduga ngengat ulat bulu itulah yang meletakkan telur pada celah kulit pohon mangga atau dibawah daun. Terdapat dua spesies ulat bulu yang daun mangga di probolinggo yaitu arctornis sp. dan Lymantria atemeles collenette. Ulat bulu itu bersifat nocturnal , yakni ulat yang aktif di malam hari. Tidak mengherankan jika pada malam hari sering terdengar suara seperti hujan, padahal sesungguhnya saat itu ulat bulu sedang memakan daun-daun mangga.
Cerita dari masyarakat setempat mengaitkan munculnya ulat bulu tersebut karena abu dari gunung bromo.
0 komentar:
Posting Komentar